Cinta Ibu takan tertandingi oleh anaknya!!!
ALKISAH, Shirvan Bhagat adalah anak yang sangat berbakti kepada orang tuanya
yang sangat tua, hingga tak berdaya dan sepenuhnya bergantung kepada pelayanan
anak lelaki satu-satunya.
Shirvan begitu berbakti kepada mereka
hingga ia mengorbankan kebebasan dan kesenangan hidup agar dapat melayani
mereka. Dengan lembut ia memenuhi setiap panggilan mereka, dan dengan sabar
menghadapi semua kesulitan yang berkaitan dengan ketuaan mereka. Suatu hari,
orang tua itu berkata bahwa mereka sangat ingin berziarah ke Kashi. Anak yang
saleh itu seketika menyetujui kehendak mereka, dan karena pada saat itu belum
ada kendaraan, mereka pergi berjalan kaki. Ia membuat keranjang, memasukkan
orang tuanya ke dalamnya, mengangkutnya dengan punggungnya, dan menempuh
perjalanan ribuan mil melalui hutan, pegunungan, dan sungai-sungai. Ia menempuh
perjalanan itu berbulan-bulan, tetapi sebelum sampai, nasib malang menimpa.
Atas perintah orang tuanya, Shirvan meletakkan keranjangnya di tanah dan pergi
untuk mengambil air. Ketika berada di dekat sungai, ia terkena panah Raja
Destaratha, yang sebenarnya diarahkan kepada seekor kijang. Mendengar teriakan
manusia, Raja itu datang kepadanya, dan menangis sejadi-jadinya. Ia berkata,
“Adakah sesuatu yang dapat kulakukan untukmu?” Shirvan berkata, “Aku sedang
sekarat. Aku hanya punya satu keinginan, yaitu memberi air kepada orang tuaku;
mereka haus karena terik matahari.” “Hanya itu? Aku akan melakukannya dengan
senang hati sebagai tugas pertamaku.” Shirvan berkata, “Bila tuan ingin
melakukan yang lain, maka rawatlah mereka dan pastikan bahwa mereka dibawa ke
Kashi, meskipun aku ragu apakah mereka akan hidup lebih lama setelah aku
pergi.” Raja itu pergi, membawa air di tangannya dan memberikannya kepada orang
tua itu tanpa mengucapkan sepatah kata, khawatir mereka tidak akan mau minum
bila mendengar suara orang asing. Orang tua itu berkata, “Hai anakku, sepanjang
hidup, kami tak pernah melihatmu sedih. Ini adalah pertama kali engkau memberi
kami air tanpa mengucapkan kata cinta yang selalu memberi kami hidup baru.”
Raja Destaratha menangis, dan menceritakan kematian Shirvan. Mendengar itu,
mereka tak dapat lagi hidup untuk menikmati air itu. Mereka hanya hidup karena
anak mereka, mereka menarik napas dalam, berkata “Oh, anakku Shirvan”, dan
meninggal.
Kisah di atas menjadi tradisi di
India, dan ada pengikut dari tradisi itu yang membawa keranjang di pundaknya ke
mana-mana, mengajarkan kebaktian dan pelayanan kepada orang tua. Bila cinta
dipusatkan pada satu obyek, ia adalah cinta. Bila diarahkan ke beberapa obyek,
ia disebut kasih. Bila seperti kabut, ia disebut nafsu. Bila cenderung kepada
moral, ia adalah kebaktian. Bila diperuntukkan bagi Allah, Yang Mahaberada dan
Mahaperkasa, yang merupakan Keberadaan Total, ia disebut cinta Ilahi, pecinta
itu disebut suci.
Dari kisah tersebut nampak suatu
cinta yang luar biasa dari seorang anak kepada ibu tercintanya. Namun, secara
keseluruhan Cinta orang tua kepada anak-anaknya jauh lebih besar daripada cinta
akan-anak itu kepada orang tuanya, karena semua pemikiran penggunaan tua
terpusat pada anak, tetapi cinta anak mula-mula terpusat pada diri sendiri.
Muhammad s.a.w. ditanya seseorang, “Cinta siapa yang lebih besar, cinta
anak-anak kepada orang tua mereka, atau cinta orang tua kepada anak-anaknya?”
Beliau menjawab, “Cinta orang tua lebih besar, karena sementara melakukan semua
hal, mereka berpikir bagaimana agar anaknya tumbuh dan bahagia, seolah-olah ia
mengharap untuk hidup di dalam kehidupan anak-anaknya setelah ia mati;
sementara anak-anak yang saleh berpikir bahwa suatu hari orang tuanya akan
mati, dan dengan demikian mereka hanya sebentar dapat melayani orang tua
mereka.” Orang itu bertanya, “Cinta ayah atau ibu-kah yang lebih besar?” Nabi
menjawab, “Ibu. Ia berhak memperoleh penghormatan dan pelayanan, karena surga
terletak di bawah kakinya.” Cinta orang tua adalah cinta yang paling diberkahi,
karena cinta mereka sebening Kristal dan sesejuk embun dipagi hari. Tetesan
butir-butir air mata yang mengiringi kata-katanya dalam mendoakan kita, seakan
mengisahkan perjuangan yang tak akan bisa kita membalasnya sampai dipenghujung
usia kita. Bahkan kado terindah bagi seseorang yang kita panggil mamah adalah
melihat dan mendengar kabar baik tentang kondisi anak-anaknya.
Tiada daya yang lebih besar daripada
cinta. Semua kekuatan muncul ketika cinta bangkit di dalam hati. Orang berkata,
“Ia berhati lembut, ia lemah,” tetapi banyak orang yang tidak tahu kekuatan apa
yang muncul dari hati yang menjadi lembut dalam cinta. Seekor induk ayam,
meskipun sangat takut, dapat melawan seekor singa untuk melindungi
anak-anaknya. Tiada sesuatu yang terlalu kuat bagi hati yang mencintai. Daya
cinta menyelesaikan semua urusan dalam kehidupan. Memberikan kekuatan yang
mengalahkan segala permasalahan yang mengguncang jiwa-jiwa manusia dalam
mengarungi dunia. Demikian pula dengan cinta orang tua kepada
anaknya.
Untuk jiwa-jiwa yang penuh cinta untuk seorang ibu yang begitu luar biasa.